LAYAKKAH LUIS MILLA DIPERTAHANKAN ?
Sudah bukan sesuatu yang langka seorang pelatih asing melatih
tim nasional terlebih lagi tim nasional Indonesia. Bahkan dalam 7 tahun
terakhir tercatat hanya 3 pelatih lokal yang sempat memimpin skuat timnas
garuda yaitu Rahmad Darmawan, Aji Santoso, Nil Maizar walau dengan durasi yang
terhitung cukup singkat bahkan sangat singkat. Pelatih asing membawa sudut
pandang atau filosofi yang baru mengenai sepak bola baik itu dari segi teknis
seperti taktik atau strategi maupun segi non teknis semisal man management
ataupun komunikasi.
PSSI
sempat mengalami titik nadir karena sanksi FIFA sehingga timnas tidak bisa ikut
berpartisipasi di level internasional selama tahun 2015-2016. Hingga akhirnya
perubahan untuk merevolusi PSSI dimulai dengan diawali terpilihnya Letjen Edy
Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI yang baru periode 2016-2020. Banyak perubahan yang dibawa oleh
Edy Rahmayadi baik dari segi kompetisi maupun timnas. Revolusi besar yang
berbanding lurus dengan perjudian besar dilakukan Ketum baru untuk timnas
dimana PSSI resmi mengkontrak Luis Milla Aspas asal Spanyol untuk melatih
timnas U-22 maupun senior. Target besar timnas kedepan sangat jelas yaitu
membawa medali emas SEA Games 2017 serta semifinalis Asian Games 2018 dimana
Indonesia diuntungkan karena menjadi tuan rumah.
Dari rekam jejak sebagai pelatih Luis Milla bukan orang
sembarangan, dia adalah pelatih yang membawa Spanyol U-21 menjadi juara Euro
U-21 dimana pemain-pemain seperti Thiago Alcantara, Juan Mata, Javi Martinez
sampai Davide de Gea pernah dilatihnya. Wajar harapan publik pecinta sepak bola
nasional sangat besar kepada salah satu legenda Barcelona ini.
SEA Games untuk cabang sepak bola telah berakhir dimana
Indonesia lagi-lagi harus puasa gelar setelah terakhir meraih medali emas
cabang sepak bola di tahun 1991. Pasukan garuda muda harus puas membawa medali
perunggu ke tanah air setelah kalah 0-1 dari tuan rumah Malaysia di semifinal
dan menang 3-1 pada perebutan tempat ketiga dengan Myanmar. Mission Failed untuk skuad Luis Milla
tetapi sesuai pernyataan dari Wakil Ketum PSSI Joko Driyono bahwa posisi entrenador dari Spanyol ini aman sampai
Asian Games 2018. Pertanyaan besarnya adalah apakah coach Milla memang layak untuk dipertahankan ?
Banyak pro kontra pastinya mengenai ini tetapi menurut Saya
pribadi Luis Milla sangat layak untuk dipertahankan. Ada beberapa hal yang
menurut penulis Luis Milla sangat layak untuk lanjut dengan timnas Indonesia
dan beberapa hal membuat pelatih ini spesial setidaknya dibandingkan dengan
pelatih-pelatih timnas sebelumnya.
Yang pertama adalah bicara mengenai prestasi sebuah timnas
maka kita tidak bisa berharap dapat dihasilkan secara instan. PSSI selama ini
sangat gampang sekali mengganti jabatan seorang pelatih timnas ke pelatih lain
yang membuat kerangka timnas akan kembali berubah. Ingat, selanjutnya coach Milla akan bersiap menghadapi
Asian Games tahun depan yang mana skuad yang diturunkan adalah U-23 which is pemain-pemain tersebut adalah
pemain-pemain SEA Games 2017. Kerangka sebuah timnas sudah terbentuk dan Milla
punya waktu dalam satu tahun kedepan untuk membenahi dan menyempurnakan
filosofi permainan yang sebenarnya diinginkan Milla sehingga harapan Milla di setiap
post-match conference untuk
memberikan image bagus timnas Indonesia di mata internasional bisa terwujud.
Alasan kedua adalah coach
Milla mampu mengeluarkan permainan terbaik di masing-masing individu pemain.
Mungkin banyak pelatih lokal ataupun asing di Indonesia dapat melakukan ini
tetapi yang membedakan dan membuat spesial seorang Luis Milla adalah mampu
mengeluarkan ke versatile-an dari
masing-masing pemain. Yang paling spesial adalah bagaimana Milla mampu mengubah
Septian David Maulana menjadi seorang trequartista dan Ricky Fajrin
menjadi centre back modern yang
sangat baik performancenya selama SEA Games. Dua pemain ini sejatinya bukan
bermain di posisi aslinya. Septian David yang berposisi penyerang sayap menjadi lebih liar dan lebih efektif bila
ditempatkan dibelakang striker. Alih-alih berharap Ezra Walian ataupun Marinus
Wanewar yang menjadi juru gedor utama timnas malah Septian David yang muncul
sebagai top scorer timnas di SEA Games dengan 3 gol dan 2 assist. Sebuah posisi
yang sangat langka di tim-tim Indonesia menempatkan pemain lokal sebagai
trequartista dan prefer pemain asing
untuk posisi ini.
Sebelum SEA Games dimulai timnas harus dipusingkan dengan
cederanya Bagas Adi yang tidak lain adalah adalah tandem dari Hansamu di sentral
jantung pertahanan Indonesia. Bukannya memilih Ryuji Utomo ataupun Andy Setyo
yang memang disiapkan menjadi back up,
Milla malah menyulap Ricky Fajrin dari bek sayap kiri menjadi bek tengah.
Hasilnya ? Tidak mengecewakan justru timnas seperti memiliki dua bek tengah
dengan ciri yang berbeda. Hansamu cenderung lebih lugas dan tanpa kompromi
dalam bermain sedangkan Ricky memainkan ball-playing
defender tipe bek yang sedang popular saat ini dengan akurasi passing
diatas 80% selama turnamen.
Yang terakhir adalah dukungan dari para punggawa skuat timnas
U-22 yang menginginkan Luis Milla dipertahankan. Seperti yang dikatakan oleh
bek kanan timnas, Gavin Kwan, yang menginginkan Luis Milla untuk dipertahankan
dan saya sangat yakin akan diamini oleh para pemain timnas U-22 lainnya.
Kepercayaan ini penting penting dan juga bisa disimpulkan bahwa kebersamaan
atau harmonisasi dalam tim sudah terbangun dengan baik oleh coach Milla. Luis Milla cukup membenahi
bagian-bagian yang dirasanya kurang tanpa perlu mereformasi total.
Bagaimana mengenai kekurangan ? Tentu saja masih banyak. Yang
paling terlihat adalah tingkat emosi yang sering meledak-ledak sehingga
merugikan tim. Contohnya, kita harus tampil tanpa tiga pemain karena akumulasi
kartu kuning di semifinal. Selain itu kualitas finishing juga harus diasah karena harus diakui posisi penyerang
adalah posisi yang sangat kurang dan banyak mendapat sorotan di SEA Games kali
ini. Total Marinus maupun Ezra Walian hanya mampu melesakan dua gol selama
perhelatan SEA Games.
Pemain timnas U-22 kali ini memang banyak yang baru
mendapatkan pengalaman internasional di SEA Games kemarin. Dengan kompetisi
yang akan dihadapi setahun kedepan diharapkan akan membuat pemain-pemain muda
ini semakin matang dan semoga PSSI masih mewajibkan klub untuk memainkan
pemain-pemain U-23 dalam starting 11-nya.
Sebuah priviledge yang didapatkan
Luis Milla yang mungkin tidak didapatkan oleh pelatih-pelatih lain di penjuru
dunia. Pada Asian Games nanti masing-masing tim diperbolehkan mendaftarkan 3
pemain senior kedalam skuat. Ini bisa digunakan Luis Milla untuk menambal atau
mempertajam posisi-posisi yang dirasa kurang seperti sektor penyerang. Kita
punya penyerang-penyerang tajam semisal Boaz Solossa, Greg Nwokolo, atau Lerby
Eliandry yang bisa dijadikan pilihan.
Terakhir adalah sebuah catatan untuk PSSI dimana PSSI harus
bisa mendapatkan lawan uji coba dengan level diatas timnas. Sudah waktunya
timnas Indonesia harus terbiasa dengan lawan uji coba semisal Jepang, Korea
Selatan, Australia, atau bahkan negara-negara yang berada pada tiga puluh besar
FIFA. Integrasi antara kompetisi dengan timnas juga harus diperbaiki. Jadwal
kompetisi harus menyesuaikan jadwal timnas karena pada dasarnya baik jadwal
kompetisi maupun jadwal timnas tidak boleh saling bentrok tapi harus saling
mendukung satu sama lain selain level kompetisi juga harus dinaikkan. Imbasnya
adalah klub-klub kontestan liga 1 akan legowo melepas pemainnya ke timnas dan
kompetisi yang baik sudah pasti akan berbanding lurus dengan level timnas yang
akan dimiliki.
Sangat banyak PR yang harus dilakukan untuk mendapatkan sebuah
timnas yang kuat, seperti yang dikatakan Luis Milla butuh proses yang sangat panjang untuk membentuk timnas yang mampu bersaing di level internasional. PSSI selaku induk sepak
bola Indonesia tidak bisa jalan sendirian banyak stakeholder yang harus dilibatkan. Tetapi sepanjang apapun jalan
tersebut tidak membuat kecintaan penulis terhadap sepak bola Indonesia maupun
timnas Indonesia luntur.
Maju terus Sepak Bola nasional ! Maju terus Timnas Indonesia
!
Hernadi Faturachman
Comments
Post a Comment